wajahku adalah museum


pagi sesungguhnya tak memanggil nama siapapun
namun tiba-tiba saja tubuhkulah yang terbangun
berjalan di atas ubin menuju kamar mandi yang dingin
menemui lagi keran air, sikat gigi, handuk juga cermin
lalu sekali lagi menyadari kesedihan
wajahku betul-betul telah diresmikan
menjadi sebuah bangunan museum yang sepi
menyimpan gambar-gambar repro hitam-putih,
lemari dengan baju-baju tua yang susah rapih
dan sebuah piano yang tak bisa berbunyi

tetapi aku masih selalu kuat penuh semangat
membuka pintu menyambut matahari hangat
hingga di buku tamu namamu engkau catat
sebagai pengunjung yang harus aku diingat

1 thoughts on “wajahku adalah museum

Tinggalkan komentar